BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Organisasi
dapat dipandang sebagai suatu sistem yang terbuka, yaitu suatu kesatuan yang
terorganisasi yang terdiri dari beberapa bagian yang saling tergantung. Kast
dan Rosenzweig memndang organisasi industri sebagai suatu sistem
sosio-teknikal, artinya sistem yang memiliki aspek-aspek social dan
teknikal.dalam tinjauan dan analisis dari komponennya, aspek sosial dan
teknikal harus selalu sama-sama dipierhatikan.
Sebagai
sistem sosial organisasi industri terdiri dari komponen-komponen sosial. Dengan
kata lain organisasi terdiri dari kelompok-kelompok manusia yang saling
berinteraksi, yang batas dengan lingkungannya dapat dikenali, yang secara
sambung menyambung berinteraksi dengan lingkungannya. Setiap kelompok manusia
terdiri dari kelompok-kelompok manusia yang lebih kecil, setiap kelompok
manusia kecil ini terdiri dari kelompok-kelompok manusia yang lebih kecil lagi,
dan seterusnya hingga dijumpai kelompok manusia yang terdiri dari sejumlah
manusia.
Dalam
interaksi organisasi dengan lingkungannya, organisasi akan menghadapi berbagai
persoalan terutama bila lilngkungannya merupakan lingkungan yang tidak stabil
dan berkembang terus. Disamping itu, organisasi jua akan menghadapi
masalah-masalah internal. Untuk mengatasi masalah-masalah internal dan
eksternal tersebut organisasi perlu memiliki kemampuan lebih agar organisasi
tetap dapat berdiri dab terus tumbuh.
Dalam
bab ini akan dibahas mengenai organisasi dan kelompok kerja, dimana akan
diuraikan mengenai pengertian organisasi dan kelompok kerja, makna dan fungsi
kelompok, interaksi antar anggota kelopok, serta interaksi antar kelompok. Hal
ini bertujuan agar dapat diketahui bagaimana agar suatu organisasi bisa tumbuh
menjadi besar.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa
pengertian dari Organisasi dan Kelompok Kerja ?
2.
Apakah
fungsi dari suatu Kelompok ?
3.
Bagaimana
interaksi antar anggota kelompok ?
4.
Bagaimana
interaksi antar kelompok ?
C.
Tujuan
1.
Mahasiswa
dapat mengetahui pengertian dari organisasi dan kelompok kerja.
2.
Mahasiswa
dapat mengetahui fungsi kelompok.
3.
Mahasiswa
dapat mengetahui bagaimana interaksi antar anggota kelompok dalam organisasi.
4.
Mahasiswa
dapat mengetahui bagaimana interaksi antar kelompok dalam suatu organisasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Organisasi dan Kelompok Kerja
Organisasi pada
dasarnya digunakan sebagai tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul dan
bekerjasama dalam memanfaatkan sumberdaya organisasi seperti uang, mesin, lingkungan,
sarana prasarana, metode dan lain-lainnya secara terkendali dan terpimpin. Berikut
adalah pengertian organisasi menurut beberapa ahli:[1]
·
Stoner
mengatakan bahwa organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui
orang-orang di bawah pengarahan atasan dalam mengejar tujuan bersama.
·
James D.
Mooney mengemukakan bahwa organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia
untuk mencapai tujuan bersama.
·
Stepen P.
Robbins menyatakan bahwa organisasi adalah kesatuan sosial yang dikoordinasikan
secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang
bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai tujuan bersama.
·
Prof.Dr.
Sondang P. Siagin mendefinisikan bahwa organisasi ialah setiap bentuk
persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja bersama serta secara
formal terikat dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan dalam
ikatan yang mana terdapat seseorang atau beberapa orang yang disebut atasan dan
seseorang atau sekelompok orang yang disebut bawahan.
·
Chester I.
Bernard berpendapat bahwa organisasi adalah merupakan suatu sistem aktivitas
kerjasama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.
Dari beberapa pengertian di atas
dapat disimpulkan bahwa, organisasi merupakan suatu bentuk persekutuan diantara
beberapa orang yang dikoordinasi dalam rangka mencapai tujuan bersama yang
telah ditentukan, dan terdapat seseorang sebagai atasan serta beberapa orang
sebagai bawahan.
Ada dua macam organisasi, yaitu:[2]
1.
Organisasi
Formal
Organisasi formal
adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang mengikatkan diri dengan suatu
tujuan bersama serta dengan hubungan kerja yang rasional.
Contoh : Perseroan
terbatas, Sekolah, Negara, dan lain sebagainya.
2.
Organisasi
Informal
Organisasi informal
adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang terlibat pada suatu aktifitas
serta tujuan bersama yang tidak disadari.
Contoh : Arisan ibu-ibu
sekampung, kemah ke gunung dengan teman-teman, belajar bersama anak-anak sd,
dan lain sebagainya.
Sebuah orgnisasi dapat terbentuk
karena dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti penyatuan visi dan misi serta
tujuan yang sama dengan perwujudan eksistensi sekelompok orang tersebut
terhadap masyarakat. Karena sebuah organisasi yang baik adalah organisasi yang
dapat diakui keberadaannya oleh masyarakat yang ada disekitarnya . keberadaan
ini tentunya berupa suatu kontribusi yang diberikan oleh organisasi tersebut.
Kontribusi-kontribusi tersebut bisa
berupa pengambilan sumberdaya manusia dalam negeri sebagai anggota-anggotanya,
sehingga angka pengangguran dapat ditekan seminimal mungkin.
Kelompok kerja merupakan kelompok yang disusun oleh organisasi dengan
tujuan untuk menjalankan berbagai pekerjaan yang terkait dengan pencapaian
tujuan organisasi. Menurut Robbins kelompok kerja merupakan suatu kelompok yng terdiri dari dua
orang atau lebih, yang saling mempenngaruhi dan saling tergantung yang datang
bersama-sama untuk mencapai sasaran tertentu. Schein menyatakan bahwa kelompok
ialah sejumlah orang yang berinteraksi satu sama lain yang secara psikologikal
sadar satu sama lain, dan mempersepsikan diri sebagai bagian dari kelompok.[3]
Dari definisi yang dikemukakan oleh
Robbins dan schein dapat disimpulkan bahwa kelompok kerja adalah sekumpulan
orang yang berinteraksi satu sama lain sekaligus mempersepsikan diri sendiri
sebagai bagian dari kelompok yang datang bersama-sama untuk mencapai suatu
tujuan tertentu.
Berdasarkan strukturnya, kelompok
dapat dibedakan menjadi dua yaitu kelompok formal dan kelompok informal.
1.
Kelompok
Formal adalah kelompok kerja yang dibentuk atau disusun secara resmi oleh
manajer dimana kelompok kerja tersebut diberikan tugas dan pekerjaan yang
terkait dengan pencapaian tujuan organisasi. Kelompok formal diberikan batasan
oleh struktur organisasi, yang berisi rincian tugas-tugas dan tanggungjawab
tertentu, yang pelaksanaannya akan menuju ketercapainya sasaran dan misi keseluruhan
organisasinya.
Kelompok formal dapat dibedakan menjadi dua, yaitu;
a.
Kelompok
Komando, yaitu kelompok yang ditentukan oleh bagan organisasi nya yang tersusun
atas bawahan dan atasan, dimana bawahan harus melapor secara langsung kepada
atasan atau manajernya.
b.
Kelompok
Tugas, yaitu kelompok yang ditentukan oleh organisasi yang terdiri dari tenaga
kerja yang bekerja bersama untuk menyelesaikan pekerjaan. Kelompok ini terdiri
dari tenaga kerja yang berasal dari satu satuan kerja lain dalam organisasi dan
hanya bersifat sementara.
2.
Kelompok
Informal yaitu suatu kelompok yang tidak terstruktur secara formal atau tidak
ditetapkan secara organisasi. Kelompok ini terjadi secara spontan antara
sejumlah tenaga kerja dari organisasi yang kegiatannya biasanya tidak terkait
langsung dengan rencana-rencana rutin dari organisasi, namun secara tidak
langsung akan mempenganruhi kinerja dari orang-orang dalam organisasi.
Berdasarkan alasannya, kelompok informal dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu:
a.
Kelompok
Minat / Kepentingan, merupakan kelompok yang bekerjasama untuk mencapai suatu
sasaran khusus yang menjadi kepedulian bersama dan para anggotanya memiliki
minat atau kepentingan yang sama. Misalnya, minat pada bidang olahraga yang
sama, atau masing-masing anggota merasa perlu untuk mendalami ketrampilan
khusus yang sama.
b.
Kelompok
Persahabatan, merupakan kelompok yang bersama-sama karena memiliki kesamaan
karakter, para anggotanya merasa saling tertarik dan merasa saling cocok.
Mereka memilki nilai, pandangan, dan kebiasaan yang sama. Misalnya, gank-gank
pada remaja-remaja dan mahasiswa.[4]
B.
Fungsi
Kelompok Kerja
Fungsi
kelompok kerja dibedakan menjadi dua, yaitu kelompok kerja bagi anggota dan
kelompok kerja bagi organisasi.
1.
Fungsi
kelompok bagi anggotanya
Bagi anggotanya, kelompok
berfungsi sebagai;
a.
Pemenuhan
kebutuhan para anggotanya.
kelompok
dapat dapat memberikan pemenuhan terhdap kebutuhan akan keprcayaan diri,
hubungan dengan orang lain, perhatian, prestasi dan kekuasaan. Dengan berada
dalam suatu kelompok akan menimbulkan rasa mampu mengatasi segala ancaman pada
diri anggota. Berdasarkan upaya yang dapat dilakukan bersama-sama dengan
anggota kelompok timbul rasa memiliki kekuasaan tertentu untuk merealisasikan
apa yang diingninkan kelompok. Anggota kelompok merasa memilki kekuasaan
tertentu karana merasa ditunjang oleh anggota kelompok-kelompok lainnya.
Kebutuhan untuk berprestasi dapat ditimbulkan dan dipenuhi oleh kelompok.
Kelompok dapat merangsang anggotanya untuk mencapai prestasi yang bermutu dan
dapat memenuhi keinginan mereka untuk dapat berprestasi yang tinggi.
b.
Pengembang,
penunjanng dan pemantapdari identitas dan pemelihara dari harga diri.
Dalam
bekerja anggota memperoleh identitasnya dai kelompok kerjanya. Anggota kelompok
kerja memperoleh identitasnya dari kelompok kerja pabrik, kelompok kerja
auditor, kelompok kerja ketenagakerjaan, dan sebagainya. Identitas kelompok
kerja dikembangkan berdasarkan tugas pekerjaanya untuk menunjang dan
memantapkan identitas setiap anggota kelompoknya. Selanjutnya identitas anggotnya
memelihara harga diri mereka.
c.
Penghasil
gagasan baru dan jawaban kreatif.
Melalui
diskusi dengan orang lain dan pengembangan dari perspektif dan consensus, kita
dapat mengurangi ketidakpastian dalam limgkungan sosial kita. Jika misalnya
beberapa tenaga kerja merasa bahwa penyellia mereka merupakan orang yangn keras
yang menuntut terlalau banyak dari tenaga kerjanya, maka pandangan ini dapat
dianggap sebagai realitas oleh anggota kelompok lainnya dan mereka dapat
menentukan strategi bagaimana dapat menghadapinya. Tergantung para anggota
kelompok bagaimana mereka dalam kelompok mempersepsikan sesuatu dan menguji
sesuatu sebagi kenyataan atau realitas. Persepsi kelompok memberikan kepastian
kepada para anggota kelompok lepas dari benar tidaknya, tepat tidaknya
pandangan tersebut. Jika kelompok
menganggap suatu keadaan tersebut nyata dan menimbulkan akibatnya yang nyata.
d.
Mekanisme
pemecahan masalah dan pelaksanaan tugas.
Setiap
tenaga kerja dalam melaksanakan tugas pekejaannya akan menemui kesulitan, memenuhi
masalah yang bersifat perorangan dapat juga yang bersangkutan dengan
pelaksanaan tugas oleh selloruh kelompok. Kelompok dapat membantu memecahkan
masalah yang dialami oleh seorang anggotanya. Dengan pengumpulan data yand
diperlukan atau memberikan alternatif penyelesaian. Terhadap masalah yang
dihadapi kelompok, para anggota kelompok dalam saling mengisi dalam usaha dan
sumbangan mereka memecahkan masalah kelompoknya.
2.
Fungsi
Kelompok Bagi Organisasi
Adapun bagi suatu
organisasi, fungsi kelompok antara lain;[5]
a.
Pelaksana tugas yang majemuk dan saling tergantung.
Dalam
suatu kelompok pekerjaan yang didapat tidak selamanya selamanya bias dikerjakan
ole seorang saja. Banyak juga tugas yang tidak dapat dikerjakan seorang saja
dan tidak dapat dipecah – pecah kedalam beberapa tugas yang dapat dilaksanakan
tersendiri. Misalnya tugas mempersiapkan , melaksanakan operasi dan perawatan
sesudahnya. Tugas-tugas yang harus dilakukan semuanya khusus tapi juga saling
tergantung. Contoh yang lain iala kelompok penngebor minyak. Masing-masing
anggota kelompok mempunyai tugasnya masing-masing yang saling tergantung.
b.
Sebagai
mekanisme pemecahan masalah.
Dalam
menghadapi masalah, jika masalhnya memerlukan pengolahan yang majemuk,
interaksi antara para anggota yang memiliki informasi yang berbeda,
pertimbanngan cermat dari alternatif penyelesainnya, maka pemecahan masalah
secara kelompok akan memberikan penyelesaian yang paling baik. Selain kelompok
tetap, seperti kelompok komando, dapat pula dibentuk kelompok sementara, seperti
satu-satuan tugas.
c.
Penghasil
gagasan baru dan jawaban kreatif.
Dalam
proses pemecahan masalah, jika data yang diperlukan tersebar pada beberapa
orang, atau jika diperlukan rangsangan bersama bagi para anggota kelompok untuk
menjadi kreatif, maka kelompok merupakan wadah untuk dapat menghasilkan gagasan
baud an jawaban yang kreatif. Para anggota kelompok saling merangsang dalam
memberikan gagasan dan jawaban atau penyelesaian masalah yang kreatif.
d.
Wahana
dari sosialisasi dan pelatihan.
Para
tenaga kerja baru dapat dikumpulkan dalam suatu kelompok untuk deberi pelatihan
orientasi untuk dapat mempercepat dan memperlancar proses sosialisasi.
Pelatihan ketrampilan teknik tertentu juga dapat lebih cermat, tepat dan murah
jika dilakukan dalam kelompok.
C.
Interaksi
Antar Anggota Kelompok
1.
Proses
Kelompok
Fiedler
(1967) memberikan tipologi dari kelompok-kelompok kerja yang didasarkan pada sifat dan intensitas
interaksi, yaitu;
a.
Kelompok
Interaktif
Pada
kelompok ini, para anggotanya saling tergantung dan aksi atau tindakan mereka
perlu dikerjakan dan disusun bersama untuk dapat menyelesaikan tugas kelompok
dengan baik.
b.
Kelompok
Koaktif
Anggota
kelompok ini bekerjasama dalam melaksanakan tugas kelompok, tapi masing-masing
dapat melaksanakan pekerjaannya relative secara mandiri tidak saling
tergantung.
c.
Kelompok
Konteraktif
Para
anggota kelompok bekerjasama untuk tujuan perundingan dan memufakatkan sasaran
dan tuntutan yang bertentangan. Unjuk kerjanya diukur berdasarkan derajat
penerimaan dari jawaban atau penyelesaian oleh para anggota kelompok. Para
anggota kelompok ini terdiri dari wakil dari pihak yang berbeda pendapat.
Kelompok kointeraktif ini merupakan kelompok sementara dan merupakan kelompok
yang terbentuk karena adanya pertentangan atau konflik antarkelompok.
2.
Gejala
dalam Proses Kelompok
Dalam
proses kelompok, dimana para anggota kelompok kerja berinteraksi dan dimana
kelompok melaksanakan fungsinya, dapat ditemukan timbulnya gejala-gejala
sebagai berikut;
a.
Konformisme
Setiap
kelompok memiliki norma-norma, yaitu pola atau patokan perilaku yang diterima
oleh para anggota kelompok. Norma-norma mengatakan kepada anggota apa yang
harus mereka lakukan dan apa yang tidak boleh mereka lakukan dalam keadaan
tertentu. Norma-norma yang diterima mempengaruhi perilaku anggota kelompok
dengan kendali eksternal yang minim.
Sebagai
anggota dalam suatu kelomopok, kita ingin agar diterima dan diberlakukan
sebagai anggota kelompok yang sama oleh anggota dari kelompok lain. Maka kita
akan berusaha berperilaku sesuai dengan nonrma-norma yang berlaku. Kita
berusaha menjadi konformis, tidak berbeda dengan anggota lain. Dorongan
demikian tidak hanya dating dari dalam diri kita, tetapi juga datang dari luar
diri kita dalam bentuk tekanan-tekanan kelompok, tekanan-tekanan dari para
anggota dari kelompok lain.
b.
Kelekatan
(cohesiveness)
Tinggi
rendahnya kesepakatan para anggota terhadap sasaran kelompok, serta derajat
dapatnya saling menerima anggota kelompok lainnya menunjukkan derajat kelekatan
kelompok. Semakin para anggota saling tertarik dan makin sepakat mereka
terhadap sasaran kelompok, makinlekatlah kelompoknya. Adapun faktor-faktor yang
yang ikut menetukan derajat kelekatan kelompok ialah:
-
Lamanya
waktu bersama dalam kelompok
-
Parahnya
masa awal
-
Besarnya
kelompok
-
Ancaman
dari luar
-
Keberhasilan
di masa lalu
c.
Sinergi
Dalam
proses pengambilan keputusan dalam kelompok ini timbul gejala bahwa keputusan
yang diambil kelompok merupakan keputusan yang lebih baik daripada keputusan
keputusan yang diambil oleh setiap anggota kelompok sendiri. Gejala ini
dinamakan sinergi. Sinergi terjadi karena diskusi dalam kelompok
menimbulkanlebih banyak alternatif, cenderung untuk mengeliminasi sumbangan-sumbangan yang kurang bermutu,
mengurangi nilai-nilai kesalahan dan menunjang pemikiran kreatif.
d.
Groupthink
Suatu
gejala yang merupakan kelemahan dari kelompok yang terlalu lekat ialah bahwa
kecakapan pengambilan keputusan meraka dapat secara mendadak berkurang. Oleh Janis gejala ini disebut berpikir
kelompok (groupthink). Anggota kelompok yang memiliki pandangan yang
menyimpang, ditekan dengan berbagai macam cara untuk menyetujui (conform)
dengan pandangan mayoritas. Dengan demikian akan menciptakan kemungkinan bahwa
keputusan kelompok tidak mencerminkan analisis yang cermat, melainkan
mencerminkan pandangan yang dominan.
e.
Polarisasi
Kelompok (Group Polarization)
Gejala
lain dalam proses pengambilan keputusan kelompok ialah adanya penggeseran
keputusan yang menuju kepada keputusan yang sangat tinggi resikonya (risky
shift) atau keputusan yang sangat rendah derajat resikonya (caution shift).
Kalau pada risky shift derajat resiko dari keputusan kelompok lebih tinggi dari
derajat resiko yang berani diambil oleh setiap anggota kelompok, sedangkan pada
caution shift keputusan kelompok justru sebaliknya.
D.
Interaksi
Antar Kelompok
Suatu
organisasi terdiri dari berbagai kelompok kerja, dan berinteraksi dengan
organisasi lainnya dalam suatu organisasi yang lebih besar. Kelompok kerja
berinteraksi dengan kelompok kerja lainnya secara sambung-menyambung dalam organisasi.
Organisasi akan berhenti eksistensinya jika apa yang dikeluarkan olehnya tidak
dirasakan bermanfaat, dan tidak diserap oleh organisasi lain. Untuk dapat
mempertahankan diri, untuk dapat terus mengembangkan diri, suatu organisasi
harus mampu mengadapi dan mengadapi masalah lingkungannya. Kemampuan organisasi
ini sangat tergantung pada bagaimana keterpaduan dari kelompok kerjanya.
Dalam
suatu kelompok dalam organisasi, kesepakatan tidak dengan mudahnya dapat
dicapai. Karena setiap pribadi atasan dari berbagai tingkat, dan setiap
kelompok kerja memiliki kepentingan masing-masing yang kebanyakan berbeda-beda
sehingga sulit untuk mencapai suatu kesepakatan. Karena dalam suatu kelompok
tiap anggota memiliki tugas yang berbeda, maka konflik antarkelompok merupakan
sesuatu hal yang wajar timbul.
a.
Saingan
atau konflik antarkelompok
Robbins
berpendapat bahwa konflik adalah suatu proses yang dimulai jika satu pihak
beranggapan bahwa pihak lain telah secara negatif mempengaruhi sesuatu yang
akan dilakukan atau yang menjadi perhatian pihak pertama. Konflik antar
kelompok terjadi apabila diantara unit-unit kelompok mengalammi pertentangan
dengan unit-unit dari kelompok lain, pertentangan ini bila berlarut-larut akan
membuat koordinasi kegiatan mengalami kesulitan.
Adapun
sebab-sebab konflik antaralain;[6]
·
Pesaingan
terhadap sumber-sumber daya yang langka
·
Ketergantungan
tugas
·
Kekaburan
batas-batas bidan kerja
·
Kriteria
kinerja yang tidak sesuai
·
Perbedaan
tujuan dan prioritas
Jika
ada dua kelompok yang bersaing, maka akan terjadi dampak yang diuraikan
berikut;
a.
Dalam
setiap kelompok yang bersaing
Disini kelompok
menjadi lebih menutup diri dan membangkitkan loyalitas yang lebih besar dari
para anggota kelompoknya dan akan terjadi keakraban diantara anggota kelompok.
Selain itu pola kepemimpinan yang demokratis menjadi lebih otokratis dan
kelompok bersedia menerima kepemimpinan otokratis.
b.
Antara
kelompok yang bersaing
Disini
setiap kelompok mulai melihat kelompok lain sebagai musuh,kelompok cenderung
hanya melihat bagian yang baik dari kelompoknya sendiri dan mengingkari
kekuatan kelompok lain. Selain itu akan timbul rasa bermusuhan yang kuat
terhadap kelompok lain dan cenderung lebih mendengarkan penjelasan dari
kelompoknya sendiri.
c.
Yang
terjadi dengan yang menang
Kelompok
yang menang akan mempertahankan kelekatannya dan cenderung menjadi puas dan
tidak berupaya untuk meningkatkan kinerjanya. Pemenang tidak belajar banyak
tentang diri mereka sendiri.
d.
Yang
terjadi dengan yang kalah
Kelompok
yang kalah cenderung tidak bias menerima kekalahan, kalaupun kekalahan bias
diterima maka kelompok yang kalah cenderung mencari seseorang atau sesuatu
untuk disalahkan. Selain itu kelompok yang kalah menjadi lebih tegang, siap
untuk berusaha lebih keras. Mereka cenderung lebih banyak belajar tentang diri
mereka sebagai kelompok dengan kekalahan mereka dan berusaha memperbaiki diri
serta membalas kekalahan.
b.
Teknik-teknik
mengatasi akibat negatif dari saingan[7]
·
Menemukan
musuh bersama
Konflik
anatara penjualan dan produksi dapat dikuranngi bila kedua bagian mau
menggunakan upaya mereka untuk perusahaan mereka agar dapat bersaing dengan
perusahaan lain. Dengan begitu mereka tidak lagi merasa bagian penjualan atau
bagian produksi, melainkan mereka merasakan menjadi tenaga kerja suatu
perusahaan.
·
Pimpinan
dari kelompok bersaing dibawa berinteraksi
Dalam
kelompok baru yang terdiri dari wakil dari kelompok yang bersaing, dapat
melakukan perundingan untuk mencapai suatu kesepakatan demi organisasinya.
·
Menetapkan
superordinate goals
Kelompok
yang bersaing harus bekerjasama agar tujuan dapat tercapai.
·
Experiential
inter group training
Kelompok
yang bersaing dikumpulkan dan diminta untuk mengakaji perilaku mereka sendiri.
Masing-masing kelompok mencatat persepsi tentang meraka sendiri dan kelompok
lain, kenudian dibicarakan dan dibahas bersama. Kekeliruan terhadap persepsi
harus dihilangkan dan hubungan dimasa depan ditentukan bersama.
BAB III
KESIMPULAN
·
Organisasi
merupakan suatu bentuk persekutuan diantara beberapa orang yang dikoordinasi
dalam rangka mencapai tujuan bersama yang telah ditentukan, dan terdapat
seseorang sebagai atasan serta beberapa orang sebagai bawahan. Kelompok kerja
merupakan sekumpulan orang yang berinteraksi satu sama lain sekaligus
mempersepsikan diri sendiri sebagai bagian dari kelompok yang datang
bersama-sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
·
Fungsi
kelompok kerja dibedakan menjadi dua yaitu, fungsi kelompok kerja bagi anggota
dan bagi organisasi. Bagi anggotanya, kelompok berfungsi sebagai pemenuhan
kebutuhan para anggotanya, pengembang, penunjanng dan pemantapdari identitas
dan pemelihara dari harga diri, penghasil gagasan baru dan jawaban kreatif,
serta sebagai mekanisme pemecahan masalah dan pelaksanaan tugas. Bagi
organisai, kelompok berfungsi sebagai pelaksana
tugas yang majemuk dan saling tergantung, Sebagai mekanisme pemecahan
masalah, wahana dari sosialisasi dan pelatihan, serta sebagai penghasil gagasan
baru dan jawaban kreatif.
·
Interaksi
antar anggota kelompok akan menimbulkan suatu proses kelompok, dimana dalam proses
kelompok tersebut terdapat kelompok-kelompok interaktif, koaktif dan
konteraktif. Dalam proses suatu kelompok juga akan timbul suatu gejala-gejala
antara lain; gejala konformisme, kelekatan, sinergi, groupthink dan polarisasi
kelompok.
·
Suatu
organisasi terdiri dari berbagai kelompok kerja, dan berinteraksi dengan
organisasi lainnya dalam suatu organisasi yang lebih besar. Dalam interaksinya,
biasanya akan timbul suatu konflik yang terjadi antar kelompok.
DAFTAR PUSTAKA
Munandar,Ashar Sunyoto, Psikologi Industri dan Organisasi, Jakarta:UI-Press.2001
http://.id.wikipedia.org/wiki/Organisasi. diakses tanggal
12 April 2010
http://organisasi.org/pengertian_definisi_dan_arti_organisasi_organisai_formal_dan_informal_belajar_online_lewat_internet_ilmu_manajemen, diaksses tanggal 12 April 2010
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009//11/organisasi_dan _kelompok_kerja/, diakses
tanggal 12 April 2010
http://www.powerpoint-search-engine.com/psikologi-organisasi-dan-kelompok-kerja-ppt.html, diakses tanggal 12 april 2010
[2] http://organisasi.org/pengertian_definisi_dan _arti_organisasi_organisai_formal_dan_informal_belajar_online_lewat_internet_ilmu_manajemen,
diaksses tanggal 12 April 2010
[3] http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009//11/organisasi_dan
_kelompok_kerja/,diakses tanggal 12 April 2010
[4] http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009//11/organisasi_dan
_kelompok_kerja/,diakses tanggal 12 April 2010
[5] Munandar,Ashar Sunyoto,Psikologi Industri dan
Organisasi,Jakarta:UI-Press.2001.hlm.216-218
[6]
http://www.powerpoint-search-engine.com/psikologi-organisasi-dan-kelompok-kerja-ppt.html,
diakses tanggal 12 april 2010
[7] Munandar,Ashar Sunyoto,Psikologi Industri dan
Organisasi,Jakarta:UI-Press.2001.hlm.239-240
Makalah ditulis saat menempuh kuliah S1 semester 4 tahun 2010
BalasHapusSangat bermanfaat
BalasHapusMy Blog